Pematang Siantar saya langsung mencari penginapan yang ada di sekitar
Terminal Parluasan. Saya memang sengaja mencari penginapan yang
lokasinya tidak di tengah kota, melainkan dekat dengan terminal dengan
harapan keesokan paginya saya bisa cepat mendapatkan bus menuju Medan
tanpa direpotkan mencari transportasi dari kota ke terminal.
Selama ini setiap kali backpacking saya tidak pernah booking penginapan
terlebih dahulu. Saya hampir pasti go show untuk mendapatkan penginapan.
Yang perlu saya lakukan hanya mendaftar berbagai penginapan yang
sekiranya berharga murah. Dalam perjalanan di Pematang Siantar ini juga
sama. Saya mendapatkan info kalau ada guest house yang terletak di dekat
terminal. Ternyata saya baru tahu kalau terminal di Pematang Siantar
itu ada dua yaitu Terminal Parluasan dan Terminal Tanjung Pinggir. Pada
info yang saya dapatkan tidak disebutkan guest house tersebut ada di
dekat terminal yang mana. Dari situ bingunglah saya karena sudah mencari
kesana-kemari nggak ketemu juga.
Karena sudah mentok mencari guest house tersebut maka saya putuskan
untuk mencari penginapan apa saja di dekat Terminal Parluasan, yang
penting murah dan saya bisa beristirahat. Tidak sulit menemukan
penginapan dekat dengan Terminal Parluasan. Dekat jalan raya tepatnya di
depan tempat saya turun dari bus ada penginalan, namun di jalan yang
agak masuk juga ada. Karena saya sudah jalan agak masuk maka saya
menyambangi sebuah penginapan yang terletak di Jalan Persatuan.
Lokasinya sangat dekat dengan terminal. Penginapan ini memiliki tiga
atau empat lantai kalau saya tidak salah. Begitu masuk saya agak bingung
dong karena di lantai dasar yang biasanya digunakan sebagai lobi malah
sebagai loket agen bus. Tidak mencerminkan penginapan sama sekali lah
pokoknya. Dengan ragu saya bertanya kepada petugas loket bus tersebut
dan saya diantar untuk menemui pemilik penginapan, seorang wanita
berusia sekitar 35 tahun mungkin lebih. Rupanya penginapannya ada mulai
lantai dua sampai lantai yang paling atas.
Setelah melihat kamarnya yang sangat sederhana dan bahkan bisa dibilang
jelek karena sekat antar kamar hanya menggunakan triplek, banyak
tambalannya pula. Fasilitasnya berupa kamar mandi luar dan tanpa kipas
angin. Saya kemudian bertanya tentang harganya. Cukup mencengangkan,
harga permalam cuma dipatok 30.000. saya langsung mengiyakan, toh ini
hanya untuk satu malam. Apalagi harganya sangat murah, dimana lagi saya
bisa mendapatkan penginapan semurah ini kan?
Awalnya sih nggak ada yang aneh. Setelah membayar dan menaruh tas saya
langsung jalan-jalan ke Kota Pematang Siantar seperti ke Patung Dewi
Kwan Im, Museum Simalungun, dan ke pusat kota. Puas jalan-jalan saya
balik ke penginapan saat sudah malam, nah disinilah keanehan terjadi.
Hohoo.. Seperti biasa, saya langsung masuk kamar. Namun malam itu pintu
kamar sengaja nggak saya tutup biar udara bisa masuk karena kamar agak
pengap. Tiba-tiba nongol lah dua orang wanita dari kamar sebelah
menghampiri kamar saya. Mereka dengan santai berdiri di pintu kamar saya
sementara saya sedang asyik melihat hasil jepretan kamera saya. Satu
orang adalah pemilik penginapan yang menerima saya tadi siang, sementara
satu lagi mungkin temannya. Tidak lama kemudian mereka mulai menyapa..
“Sendirian aja nih bang?”, si pemilik penginapan memulai pembicaraan.
“Iya sendirian aja”, jawab saya.
“Mau ditemenin nggak?”, timpalnya lagi..
Jegeeeer.. Seperti disambar petir rasanya ditanya seperti itu. Haha..
Tentu saja dengan tegas saya tolak tawaran mereka. Namun sepertinya
mereka terus saja menggoda dengan mengucapkan kata-kata yang cukup
vulgar. Asli lumayan deg-degan juga nih saya digodain kayak gini. Biasa
godain tapi kalau digodain malah mati kutu.. Wkwkkwkwk… Parah deh ini
cewek-cewek, bulan ramadhan gini masih aja pada jualan. Apa nggak ada
razia Satpol PP ya di Siantar? Tetep lah saya tolak walaupun mereka
berusaha merayu. Saya cuekin aja deh, dengan pura-pura sibuk bermain
kamera. Akhirnya mereka pergi juga.. Hoho.. Begitu mereka pergi saya
langsung tutup pintu. Ngeri kalau ada setan yang nyamperin lagi.. 😀
Saya mulai memejamkan mata karena badan udah mulai nggak karuan rasanya.
Baru sebentar tidur saya terbangun karena hujan turun dengan sangat
deras disertai petir. Anginnya juga lumayan kenceng. Anehnya kok angin
kerasa banget masuk ke dalam kamar ya? Ternyata setelah saya lihat
dibalik gorden, ada beberapa kaca nako yang sudah pecah. Untungnya
gordennya cukup tebal jadi lumayan bisa nahan angin. Untungnya lagi, air
hujan nggak sampai masuk ke dalam kamar.
Saya kembali memejamkan mata saat hujan mulai reda, tapi rasanya
penderitaan tidak hanya sampai disitu saja. Saya nggak bisa tidur karena
kamar di sebelah kanan dan kiri seperti berlomba-lomba mengeluarkan
suara-suara yang aneh. Mulai dari deritan tempat tidur sampai terdengar
pula suara-suara desahan. Waduh kasus ini mah.. Apalagi penyekat antar
kamar hanya berupa triplek. Otomatis suara dari kamar sebelah tak bisa
terhindarkan lagi. Pengen rasanya cepet pagi dan cepet kabur dari
penginapan ini. Haha.. Akhirnya saya tidak tidur sampai pagi dan memilih
menghidupkan netbook untuk sekedar online. Untung sinyal smart tersedia
dengan baik disini. Begitu pagi menjelang saya langsung mandi saja dan
segera check out dari penginapan untuk menuju Medan.
Yah intinya sih saya nggak merekomendasikan penginapan ini meskipun
harganya sangat murah. Selain menjadi penginapan mesum yang sepertinya
jadi langganan sopir-sopir angkutan di Terminal Parluasan, penginapan
ini juga sangat tidak nyaman. Bisa saja suara-suara aneh akan menemani
Anda sepanjang malam dan membuat Anda nggak bisa tidur. Lagian
penginapannya bisa dibilang kotor, begitu pula dengan kamar mandinya.
Akan lebih baik kalau Anda mencari penginapan di kota saja yang harganya
80.000-100.000. Agak mahal sedikit tapi bisa membuat tidur nyenyak. Oh
ya, sebagai info nama penginapannya adalah Hotel Malinda yang terletak
di Jalan Persatuan No. 52 Pematang Siantar, tepat di pojok Terminal
Parluasan.. Kalau mau coba-coba disana ya monggo. Kalau saya sih kapok..
Hahai..
Dicopy dengan Edit Modified dari blog Wijanarko.net